Pulsa
Sudah menjadi hukum pasti, tak tertulis, bahwa setiap pekerjaan mempunyai sisi enaknya sendiri, sekaligus sisi tidak enak yang menyebalkan sekali. Tidak selalu “sekali”, ding. Enak tidak enak adalah situasi dengan kadar. Bisa kecil, sedang, sampai besar.
Saya mempunyai warung pulsa kecil, memanfaatkan ruang bekas kamar tidur puluhan tahun lalu dan bekas gudang kecil belasan tahun lalu. Hanya berbatas tembok dengan warung kelontong keluarga yang dibuka sejak tahun 90-an.
Menjadi penjual pulsa sama dengan mengumpulkan recehan dan menambah pengetahuan alur pulsa yang dikirim ke pelanggan.
“Tumbaaas,” suara keras yang berarti “beli” dalam bahasa Jawa keluar dari calon pembeli di depan etalase. “Tumbas pulsa, 10 aja, Mas.”
Dengan jemari gesit, saya mengetikkan nomor yang didiktekan pembeli. Hati-hati. Bahkan perlu diulangi lagi untuk memangkas potensi keliru yang bisa saja terjadi.
Setelah tombol “kirim” saya pencet, mungkin hanya selisih 1-2 detik, pembeli yang tak sabar bertanya, “sudah masuk, Mas?”
Ini yang bikin saya gething sendiri.
Dikira penjual pulsa seperti jualan sembako di grosir atau warung kelontong? Kulak beras lalu dijual kembali secara langsung ke pembeli? Tidak, dong, Bun. Asumsi saya, orang-orang tahunya saldo pulsa yang berada di ponsel penjual lah yang langsung dikirim kepada pembeli. Padahal tak begitu.
Ada proses yang begitu teknis saat pulsa yang dibeli masuk ke dalam ponsel. Bayangkan … proses jual beli pulsa mirip seperti membeli barang secara daring dan penjualnya menggunakan sistem dropship.
Penjual pulsa di konter-konter itu diberi slot pulsa sebanyak yang mereka beli. Seratus ribu rupiah misalnya. Saat kode transaksi ditekan, penjual mengirim perintah kepada server pulsa, “bray, kirim pulsa 10 ribu ke nomor ini, dong.”
“Baik, Bos!”, jawab si server.
Dengan tangannya yang gesit, server pulsa mengambil sebanyak 10 ribu dari stok 100 ribu (stok yang sudah disisihkan untuk konter tadi) lalu dikirimkan ke nomor pembeli.
Jangan bayangkan ilustrasi di atas bekerja seperti jual beli barang yang diantarkan kurir di dunia nyata. Ilustrasi itu berjalan sangat cepat. Coba kamu kedip, nah … kecepatannya serupa. Tapi proses itu tak selalu lancar, pasti pernah lah sekali dua kali error. Kadang lama. Saat inilah ketika saya gembrobyos mandi keringat.
Transaksi tidak lancar.
Lambat.
Sementara itu, pembeli sedang terburu-buru. Sedang genting. Perlu menggunakan pulsa sesegera mungkin.
Saat pembeli sangat gelisah, begitu juga kami. Jangan kira kami berpikiran tenang. Di tengah kami menonton layar ponsel terus-terusan itu, kami sebenarnya selalu bicara. “Mbok cepat. Lekas terkirim. Biar tu pembeli segera pergi. Bikin panik, woe :((”
Ketika kami mengirim kode transaksi, kami sudah dalam posisi pasrah. Penjual pulsa sudah tak dapat melakukan apa-apa kecuali menunggu respon dari server. Berhasil atau gagal. Hamdalah jika berhasil, dan sampaikan ke pembeli jika gagal.
Perkara transaksi gagal ini yang juga bikin deg deg sir, kadang terprediksi, kadang juga tidak. Kadang pesannya jelas, kadang pesannya hanya formalitas. Tapi ini tidak sering, kok, berdasarkan pengalaman sekitar 1:50–dalam lima puluh transaksi ada satu yang gagal. Ini di luar masalah ketika disebabkan nomor pembeli yang ternyata sudah hangus.
Kalau pembeli sabar, penjual juga akan dengan tenang melakukan prosedur pelaporan kegagalan. Mengingat ini ditangani manusia bukan robot, laporan gagalnya isi pulsa bisa tertangani dengan cepat atau, kalau sedang apes, lambat.
Jika isi pulsa gagal disebabkan oleh server pulsa itu sendiri, maka saldo akan dikembalikan. Dengan beberapa pertimbangan, transaksi akan diulangi atau tidak.
Beda lagi kalau laporan pulsa berhasil dan saldo penjual sudah berkurang tetapi pulsa pembeli malah belum bertambah. Ini ada dua kasus:
- Pulsa terlihat belum masuk.
Biasanya, saat pulsa berhasil masuk, muncul SMS pemberitahuan. Tapi nyatanya tidak selalu begitu. Ada kalanya SMS tidak muncul. Alhasil, pembeli menganggap pulsanya belum masuk.
Kasus ini dapat diatasi dengan cek pulsa secara manual (contoh, nomer Telkomsel menggunakan *888#).
- Pulsa ternyata memang belum masuk.
Ini akibat kesalahan sistem. Biasanya masalah pada penyedia jasa telekomunikasi. Dan ini butuh verifikasi.
Saat masalah terjadi, saya akan menghubungi penyedia server pulsa, jika ternyata transaksi memang berhasil maka saya tidak dapat melakukan apa-apa kecuali minta maaf kepada pembeli bahwa masalah ada pada penyedia jasa telekomunikasi. Kalau pembeli tidak terima, kadang saya pasrah mengembalikan uang yang sudah diserahkan pembeli tadi :(
Itu baru pusing level bawah, akan menjadi pusing level atas ketika kala waktu semua masalah di atas muncul, sementara itu saya harus menimbang telur untuk pembeli di warung kelontong.
“Telur 1kg.”
Kirim.
“Maaf, kode ‘Telur 1kg’ tidak ditemukan.”
Iya, mau kirim pulsa … eh … malah ketulis “telur”. Kan, repot.