🌚 rmdzn.

Menambah Wawasan Feminisme dengan Psikologi Feminis

Bagi saya, perempuan adalah misterius. Bukan, bukan dalam arti seperti hantu yang tidak terjamah manusia atau tiba-tiba muncul tanpa aba-aba, tapi lebih pada mengapa begitu banyak usaha perjuangan yang dilakukan perempuan demi lebih bebas dan kenapa perempuan seperti masyarakat kelas dua.

Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan berniat menjawab hal tersebut dari sisi psikologi feminis. Hmm … istilah yang bagi saya cukup asing.

Omong-omong, istilah "feminis" dan "feminisme" mungkin terdengar banyak kontranya. Apalagi di kalangan konservatif. Tapi, kehadiran buku ini dapat menjadi pelebar sudut pandang. Penambah wawasan tentang bagaimana anggapan orang-orang terhadap perempuan berpuluh-puluh tahun lalu yang berefek sampai sekarang. Begitu pula bagaimana mengatasi masalah-masalah mengenai hal tersebut.

Sampul buku "Anda Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan"

Ternyata "psikologi feminis" sendiri merupakan disiplin ilmu yang jarang dibicarakan dalam perkuliahan psikologi. Padahal ia yang mendorong pembahasan seputar gender: termasuk peran gender, stereotip gender, perbedaan perempuan dan laki-laki dalam psikologis, hingga tentang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

Terasa rumit, ya? Tidak. Justru bahasa psikologi yang terkesan "sulit" berhasil dipaparkan dengan mudah oleh Ester Lianawati. Saya takjub. Penjelasannya tentang bagaimana psikologis feminis lahir dan tumbuh, serta bagaimana ia adalah ilmu androsentris – berdiri dan dikembangkan oleh laki-laki – menjadi mudah dimengerti.

Pada penelitian awal-awal, dalam ranah psikoanalisis, kesehatan mental perempuan dianggap terganggu. Entah mau diteliti beberapa kali, bahasannya terus ngumyek di situ. Kemudian, semakin ke sini, tren psikologi feminis bergeser dari psokologi feminis ala feminisme esensialis (atau feminisme diferensialis) menuju ke feminisme egalitaris. Dari yang semula fokus pada perbedaan, kali ini fokus pada persamaan.

Membaca buku ini kadang melelahkan mental. Rasanya stresful. Kita "dipaksa" untuk mengerti kehidupan perempuan dengan segala masalahnya. Diremehkan lingkungan, dibenci, tidak diakui, dan sebagainya.

Seperti Gilman yang pernah terkena sindrom pascamelahirkan. Karena Gilman adalah seorang perempuan, ia disuruh untuk istirahat total atau diasingkan (rest cure). Sedangkan oleh dokter yang sama (yang juga merawat Gilman), jika laki-laki sakit mental, mereka malah disuruh untuk beraktivitas fisik (west cure).

Pada lain kasus, tapi masih dengan konteks yang sama. Analisis psikologi pada zaman dahulu selalu menyalahkan dan meremehkan perempuan. Misalnya Fancose Dolto (1908-1988) yang menyebutkan bahwa saat seorang anak mengalami kasus pelecehan atau kekerasan seksual, ia bukanlah korban, tetapi dianggap sebagai mitra pelaku (hal. 37).

Bukanlah buku "penguat dan penyemangat perempuan" jika Ester Lianawati tidak menuliskan tentang hal itu. Dalam salah satu bab terfavorit: Selalu Ada Kesempatan untuk Bangkit: Menerapkan Terapi Trauma:

Hari ini, saat kita memperingati Hari Perempuan Sedunia, saya berharap kita tidak hanya merayakan pencapaian ekonomi, politik, dan sosial. Kita juga merayakan pencapaian psike perempuan. Perempuan mampu keluar dari kepahitan dan menjadi pribadi resilien yang terus bertumbuh. (hal. 84)

Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan membawa saya ke dalam wawasan-wawasan baru. Dari seputaran isu familiar seperti perjuangan Kartini hingga isu-isu terkini yang baru muncul di permukaan dengan tambahan-tambahan istilah psikologis yang lumaya jelimet tapi disampaikan dengan enak. Serta topik secara otomatis bikin saya wow, seperti kisah Sabina Spielrein, orang pertama yang menerapkan psikonalasis dengan rasa empati.

Buku ini layak dibaca? Tentu saja! Tambahan keterangan dalam bentuk catatan kaki yang cukup panjang bisa menjadi informasi trivia, bahkan menjadi rujukan penting.

Mari kita tutup ulasan kali ini dengan kutipan dari bab terfavorit: Perempuan-Perempuan Penyihir.

Kami adalah cicit-cicit dari penyihir-penyihir yang tidak bisa Anda bakar. (hal. 226)


Judul: Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan: Psikologi Feminis untuk Meretas Patriarki

Penulis: Ester Lianawati

Penerbit: EA Books

Tebal: xii + 192 halaman

Tahun terbit: 2022 (cetakan keduabelas)

#Buku