🌚 rmdzn.

Lalita dan Misterinya

Pola judul serial Bilangan Fu membuat saya selalu menebak: kini, siapakah tokoh ini? Apa hubungan dirinya dengan situs sejarah? Sepenting apa ia?

Pertanyaan yang tetap sama saat saya memutuskan membaca Lalita, novel lanjutan Bilangan Fu dan Manjali dan Cakrabirawa. Lalita merupakan karakter penting di luar karakter utama. Seperti judul-judul sebelumnya (dalam serial yang sama), Lalita masih berfokus pada candi, tetapi sekarang giliran Candi Borobudur. Dan "Lalita" merujuk pada "Lalitavistara" atau "Lalitawistara", nama lengkap tokoh sekaligus nama sebuah kitab Buddha yang menceritakan kisah hidup dan ajaran Sang Buddha Gautama.

Buku Lalita di iPusnas

Seorang perempuan misterius. Penuh dengan riasan tebal. Dan–seperti yang disampaikan saudara laki-lakinya–mampu menggaet banyak pria, berhasil menarik Yuda ke dalam rengkuhannya. Hingga teman dekat Parang Jati ini merasa bersalah kepada sang kekasih, Marja.

Kisah pertemanan pada Lalita tidak begitu menonjol, tetapi lumayan kuat menjelang akhir. Kemarahan Parang Jati terhadap Yuda dan keraguan Yuda terhadap Parang Jati menjadi kisah yang merenggangkan keduanya. Namun, marabahaya yang mendekati salah satu tokoh mendekatkan lagi keduanya. Hubungan love-hate yaa … dan itu lebih saya favoritkan daripada mayoritas "kisah" yang disampaikan (baca sampai bawah).

Ayu Utami benar-benar jago membawakan cerita sensual, seputaran seksual. Sampai-sampai dominasi relasi antar manusia yang dia sampaikan selalu mengarah ke sana. Kecuali karakter pendukung yang hanya sekali dua kali kelihatan, kisah sensual selalu dideskripsikan pada karakter utama dan karakter pendukung nan penting.

Sensual dan seksual? Ayu Utami memang tidak menceritakannya secara gamblang. Tidak menyebutkan secara deskriptif alat kelamin dan proses klimaks saat berhubungan intim, tapi lebih dalam bentuk analogi, perumpamaan-perumpamaan. Hiperbola. Termasuk penggunaan kata axis mundi untuk menjelaskan proses super klimaks yang hanya dapat dirasakan Yuda saat berhubungan dengan Lalita.

Axis mundi adalah term Latin dari poros bumi antar kutub. Dalam dunia mitologi, ia menggambarkan koneksi antara bumi dan surga. Dapat berupa tangga, pohon, hingga gedung tinggi, obelisk, tempat ibadah, menara-menara tertentu. Dengan begitu, axis mundi tergambarkan liar. Entah, apa tepatnya arti dari axis mundi dalam Lalita.

Pembahasan Candi Borobudur berikut teori percandian pada umumnya sungguh lumayan kompleks. Salah satunya, percaya tidak percaya, denah Borobudur yang begitu besar, yang terlihat dari atas, membentuk sebuah gelombang. Pun, Candi Borobudur juga bisa jadi menjadi satu-satunya candi tanpa garbagraha.

Garbagraha adalah ruang di perut candi. Garba, rahim, yang selalu lembab dan dingin bagai dalam goa. (hal. 183)

Karena topik utama serial Bilangan Fu adalah spiritualisme kritis, Lalita membawakannya dengan lebih mantap dan kentara. Salah satu yang menonjol adalah pembahasan perbandingan antara Buddhisme dan agama abraham (samawi).

"Monoteisme selalu menciptakan musuh, agar mereka bisa memproyeksikan libido-tertekan mereka ke sana. Kompensasinya, monoteisme selalu takut bahwa pengikutnya pindah ke agama musuh." (hal. 137)

Keras.

Gaya berceritanya tak selalu menyenangkan. Bab kedua yang mengisahkan riwayat keluarga Lalita sebagai contohnya. Kisahnya terkesan terpisah dari cerita utama (ya, memang terpisah, tapi terlalu ujug-ujug). Terkesan bikin kaget pembacanya yang tiba-tiba menampilkan tokoh baru, lokasi baru, dan hal baru lainnya.

Lalita menjadi simbol kemisteriusan, kepura-puraan, dan keangkuhan sekaligus kerapuhan dan perubahan. Pembaca tak diberitahu tepat identitasnya, hanya riwayat kabur yang ditampilkan berdasarkan kisah pendek keluarganya.

Saya tidak merekomendasikan buku ini sebagai bacaan senggang. Serius. Sesenggang-senggangnya kamu saat membaca novel ini, ketika membahas topik tertentu, kamu akan membayangkan lalu bertingkah, "emang, iya??" dan "gak juga sih" atau bahkan "ooh, iya juga ya", kemudian berpikir keras, apakah respon reaktif tadi tepat dikeluarkan. Haha!


Judul: Lalita

Penulis: Ayu Utami

Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tebal: 251 halaman

Tahun terbit: 2012

#Buku