Macam-Macam Cacat Logika (Logical Fallacy)
Edit: sebelumnya judul artikel ini kesalahan logis kemudian saya ganti menjadi _cacat logika (_sering juga disebut sebagaiĀ sesat pikir) ;)
Anda pernah mengikuti sebuah debat profesional maupun debat kecil-kecilan di dunia maya? Pasti pernah. Mungkin saja saat Anda ikut merumuskan pendapat, Anda disangkal dengan bahasa-bahasa latin nan keren semacam argumentum ad hominem oleh lawan debat? Jika belum, berarti debat Anda kurang jauh. ;p
Argumentum ad hominem adalah salah satu cacat logika (logical fallacy) paling populer, bahkan yang sering kita lakukan saat mengikuti debat mini di sebuah forum daring.
Nah .. hari ini sepertinya asik kalau saya sedikit mengulas macam-macam cacat logika dengan bahasa latinnya. Sebelumnya, sebagai sangkalan, info seputar cacat logika ini hanya untuk debat yang benar-benar logis, yang bisa dinalar dan dibuktikan dengan otak–rasional.
1. Argumentum ad antiquitatem
Hal yang sering dilakukan sebelumnya dianggap sebagai hal yang benar. Ini termasuk cacat logika yang populer.
Misalnya, untuk menginstal Windows, kita bisa meminjam CD instalasi Windows dari rental CD dan menginstalnya dengan bantuan crack atau serial number yang sudah disediakan.
2. Argumentum ad hominem
Saya jamin, cacat logika ini sering kita dengar dan mungkin kita lakukan. Argumentum ad hominem merupakan pendapat yang menyerang kepribadian orang atau motif orang alih-alih menyerang ide atau gagasannya.
Misalnya, ide bu menteri untuk meledakkan kapal-kapal pencuri ikan adalah hal yang konyol dan bodoh karena dia hanya lulusan SMP.
3. Argumentum ad ignoratium
Ketika ada orang yang membenarkan sesuatu karena sesuatu itu belum terbukti keberadaannya, maka ia telah melakukan cacat logika ini.
Misalnya, ketika guru mengatakan di depan kelas, “karena tidak ada yang bertanya mengenai materi tadi, besok kita ujian.”
4. Argumentum ad logicam
Sedikit berhubungan dengan cacat logika sebelumnya, argumentum ad logicam adalah anggapan bahwa sesuatu itu salah karena hal yang menyebabkan sesuatu itu salah.
Misalnya, presiden Sukarno hebat karena telah mengurangi depresi masyarakat Indonesia.
Presiden mengurangi depresi masyarakat Indonesia? Belum tentu. Namun tidak berarti pernyataan “presiden Sukarno hebat” salah.
5. Argumentum ad misericordiam
Ketika ada orang yang memaksakan kebenarannya dengan rasa kasihan, maka dia telah melakukan cacat logika ini.
Misalnya, ketika ibu Miriam menyalahkan tindakan gegabah para Avengers atas meninggalnya sang anak akibat pertempuran Avengers dengan kelompok Crossbones.
6. Argumentum ad nauseam
Cacat logika ini terjadi saat sebuah argumen yang belum tentu benar atau bahkan salah, yang selalu diulang-ulang, sehingga akan dianggap benar secara otomatis. Atau argumen yang sudah benar, tapi terus diulang-ulang sehingga menutupi objek debat sebenarnya.
Misalnya, anggapan bahwa global warming itu tidak ada dan hanya akal-akalan.
7. Argumentum ad numerum
Cacat logika bisa timbul saat seseorang berusaha membuktikan kebenaran argumennya dengan cara menunjukkan jumlah orang yang percaya dengan argumennya.
Misalnya, pernyataan “paling tidak ada 70 persen masyarakat yang muak dengan presidennya.”
8. Argumentum ad populum
Cacat logika ini identik dengan argumentum ad numerum, yang berusaha membuktikan bahwa masyarakat umum setuju dengan kita.
9. Argumentum ad verecundiam
Ada dua kasus untuk menggambarkan cacat logika ini. Argumentum ad verecundiam (atau bisa disebut sebagai appeal of authority)Ā akan aktif ketika:
- kita ingin membuktikan sesuatu dengan cara mengutip pernyataan seseorang yang tidak ahli di bidangnya.
- kita selalu membenarkan otoritas (orang yang dianggap tahu) tanpa mencari tahu apakah argumen yang disampaikan memang benar.
Contoh:
- “Pemanasan global tidak benar, menurut Kak Seto, pencairan di beberapa titik di benua Antartika adalah hal normal, yang akan pulih sekitar delapan bulan sekali.”
- “Pemerintah pasti memiliki alasan mengapa pada titik tertentu jalanan selalu macet. Untuk mencegah itu, kita harus segera membangun jalan tol sepanjang 100Km lagi di wilayah tersebut.”
10. Strawman fallacy
Cacat logika yang terjadi ketika seseorang melakukan kesalahan interpretasi (mendistorsi pesan) terhadap lawan bicaranya hanya karena satu dua argumen atau ciri khas tertentu yang disampaikan sang lawan.
Contohnya,
A: Menurut antum bentuk pemerintahan apa yang memang patut diterapkan di Indonesia?
B: Jelas, demokrasi Pancasila! Demokrasi Pancasila itu sudah harga mati, tak bisa ditawar lagi. Lalu, menurutmu sistem pemerintahan Islam atau khilafah menjamin keadilan maupun kemakmuran negara?
A: Anda menuduh saya sebagai penganut sistem khilafah karena panggilan “antum”?
B telah melakukanĀ strawman fallacy.
11. False Equivalence
Sebuah cacat logika yang bermaksud menyamakan dua hal, padahal faktanya keduanya berbeda.
Contoh, “Pistol dan nuklir adalah senjata. Selama ini warga negara Amerika Serikat diizinkan memiliki pistol sehingga seharusnya mereka juga diizinkan memiliki nuklir”.
12. Red Herring Fallacy
Saat seseorang mengeluarkan argumen untuk mengalihkan topik utama yang sedang diperbincangkan, dia telah berhasil melakukan cacat logika ini.
Contoh, seorang murid tertangkap tangan telah mencontek saat ujian. Murid tersebut berkata, “saya tahu saya salah, Bu. Tapi, Bu, tolong bayangkan bagaimana perasaan orang tua ketika mereka melihat saya duduk di sini. Mereka akan patah hati, Bu. Sumpah.”
Ibu guru: Yhaa~
Murid tersebut melakukan Red herring fallacy.
13. Argumentum ad baculum
Cacat logika ini terjadi ketika seseorang memaksa orang lain agar menyetujui pendapatnya dengan cara mengancam, mengintimidasi, dan cara buruk lainnya.
Contoh kasusnya,
Pendukung Prabowo: coblos pak Prabowo! Kalau tidak mau, masjid tidak akan ada azan lagi.
Pendukung Jokowi: coblos pak Jokowi! Kalau tidak mau, Indonesia akan dikuasai HTI.
Kedua pendukung calon presiden sama-sama melakukan cacat logika ini.
14. Argumentum ad temperantiam
Jika seseorang menyebutkan argumen yang bermaksud menengahi dua argumen ekstrem, orang tersebut telah melakukan cacat logika ini. Pernah dengar pernyataan “kebenaran berada di tengah-tengah” atau semacam itu? Naah … argumentum ad temperantiam bermain di pernyataan tersebut.
Contohnya dapat dilihat saat masa krisis ini, ketika kurva wabah masih terus naik. Belum turun-turun.
A bilang, “Indonesia harus lockdown”.
B bilang, “Indonesia harus herd immunity”.
C bilang, “Indonesia harus mulai hidup berdampingan dengan korona.”
(Catatan: ini hanyalah ilustrasi, tidak bermaksud menyinggung siapa pun. Karena, siapa pula yang benar-benar berkata seperti yang B katakan? Tidak ada, kan? Kan kan kan?)
15. Slippery Slope Fallacy
Apabila seseorang mencontohkan kejadian A akan memicu kejadian B, C, D, E, sampai Z dan Z dianggap tidak akan terjadi jika kejadian A juga tidak terjadi. Orang tersebut telah menyampaikan cacat logika ini.
Contohnya,
Jangan sekali-kali mengirim pesan WhatsApp dengan ‘P’ saja. Itu akan menjadi kebiasaan. Suatu waktu kalian mengirim pesan ‘P’ saat melamar kerja. Tempat kerja kalian menolak. Kemudian kalian meminta bantuan teman, ternyata mereka juga menolak. Kalian bingung mengapa tempat kerja dan teman-teman tidak menerima kalian. Kalian bengong di jalan. Tertabrak mobil pikap lalu mati.
Mengirim pesan ‘P’ = mati muda.
16. Tu quoque
Cacat logika ini mirip seperti Red Herring. Ketika seseorang dikritik tapi kemudian malah menjawabnya dengan kritikan lain ke lawan bicaranya sehingga bahasan utama bergeser.
Contoh, saat Anji dikritik atas konten videonya yang penuh disinformasi oleh warganet, tetapi Anji balik mengkritik warganet karena menganggap merekalah yang justru mempopulerkan video miliknya. Video Anji lain yang memiliki konten bermutu malah sedikit sekali yang menonton.
17. Petitio Principii
Petitio Principii atau kalau dalam bahasa Inggris disebut sebagai c_ircular argument_ merupakan cacat logika saat seseorang menyampaikan argumennya secara berulang-ulang tanpa sampai ke kesimpulan.
Kesimpulannya muncul di premis. Begitu. Berulang-ulang.
Contoh argumen, kitab X benar karena kitab X menyatakan hal tersebut. Pemerintah pasti benar karena mereka bilang seperti itu.
18. Genetic Fallacy
Genetic fallacy terjadi saat seseorang memaparkan argumen yang berhubungan dengan genetik, orang, ras, bangsa, karakter, institusi, dsb. Yang jika argumennya digabung tidak nyambung.
Contoh, ayo kita razia buku apapun yang di judulnya terdapat kata “komunis”! Buku yang seperti itu pasti mendukung PKI!
19. Hasty Generalization
Cacat logika ini terjadi ketika seseorang menyimpulkan sesuatu berdasarkan bukti yang sangat kurang maupun bukti yang bias.
Contoh, seseorang berkata pelatihan sepanjang pekan nanti pasti membosankan (padahal, dia baru mengikuti satu hari pertama pelatihan. Pelatihan berikutnya pasti tergantung guru dan materi lain, kan?).
20.Ā False Dilemma
Cacat logika ini terjadi saat menyederhanakan masalah kompleks hanya dengan dua pilihan yang bertentangan. Padahal masalah tersebut memiliki solusi yang spektrum, bisa ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, bahkan juga bisa serong kanan-kiri, dsb.
Contoh:
- Kita ikuti rencana Pak Samsuri atau membiarkan proyek ini batal. Tak ada opsi lain.
- Kamu pilih main PUBG atau kita putus? (padahal masih ada jalan untuk berbincang lebih dalam, komitmen ulang, tanting, dll)
21. Dll
Dan masih banyak lagi, yang akan saya teruskan di sela waktu-waktu tertentu.
Referensi:
- http://www.csun.edu/%7Edgw61315/fallacies.html
- https://everbosity.wordpress.com/2009/06/26/argumentum-ad-logicam/
- http://rationalwiki.org/wiki/Argumentum_ad_nauseam
- https://www.logicallyfallacious.com/tools/lp/Bo/LogicalFallacies/169/Strawman-Fallacy
- https://www.logicallyfallacious.com/tools/lp/Bo/LogicalFallacies/245/False-Equivalence
- https://literarydevices.net/red-herring/
- https://rationalwiki.org/wiki/Argumentum_ad_baculum
- https://religions.wiki/index.php/Argumentum_ad_temperantiam
- https://rationalwiki.org/wiki/Argument_from_authority