Minggu, 12 Mei, saya mengikuti kegiatan senang-senang. Ia, sebuah komunitas bernama Jalan-Jalan Jajan (JJJ) yang fokus pada, secara harfiah, jalan-jalan lalu jajan, yang dibentuk oleh duo pasangan
"Apa yang jenengan persiapkan untuk bekerja di tempat ini?" Begitu pertanyaan petinggi sebuah perusahaan kepada saya beberapa bulan lalu. Banyak hal, batin saya. Tapi bukan itu yang keluar dari
Apa yang bikin kamu bersyukur banyak-banyak? Banyak? Tahunan lalu. Saat masih berbadan kecil, yang hanya sesekali menyapa 'hai' kepada beberapa teman, dan memaksakan diri untuk mengikuti kegiatan
Saya menyukai satu grup musik luar negeri. Legendaris. Tahulah, Westlife itu. Cukup bikin "gila" setelah album Coast to Coast meluncur. Entah pernah dapat dari mana, lupa, keluarga saya memiliki
Jika saya menyukai sesuatu, saya berusaha menggenggam erat hal itu. Rasa menyukai adalah kemewahan, di tengah sikap apatis, sebal-marah, sedih berlarut-larut. Apalagi di tengah situasi depresif
"Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Sang ustaz menutup kajian. Menundukkan mikrofonnya. Sebagian besar jemaah ikut berdiri, keluar masjid lalu pulang. Lainnya mengambil air wudu kemudian
Hampir satu tahun ini orang-orang dikemplang habis-habisan untuk bersikap menerima. Dari hal-hal ringan seputar keinginan tersier sampai kebutuhan pokok. Soal ruh maupun materi. Menerima kebiasaan
"Tahan pintu itu!" "Jangan biarkan mereka mendobrak!" BRAK!! BAM! Gerombolan manusia menggelendoti pintu yang sudah dipalang besi sampai ambruk. Beruntung, kami berhasil naik ke pesawat Chinnok tidak
Muda pasti. Tua belum tentu. Kecuali situ belum lahir, keduanya jelas tidak pasti dan tidak mungkin terjadi. Lalu, apabila manusia tidak dilahirkan, apakah dia juga bisa disebut manusia? Disebut
Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang? Jika batinmu bernada, kamu kalah! Saya sedang mengutip baris pertama lirik Secukupnya. Kalau Baskara menceritakan perasaan khawatir akan nasib hari