Melawanlah!

Alerta alerta!

Beruntung, saya belum lama ini membaca buku berjudul Menjerat Gusdur.

Singkatnya begini.

Pada masa itu, aliansi prodemokrasi sebenarnya mendukung Presiden Abdurrahman Wahid alias Gusdur untuk memotong generasi, semua pejabat yang terlibat Orde Baru harus menyingkir dari pemerintahan, tidak boleh cawe-cawe lagi. Pejabat perorangan tidak boleh masuk kabinet dan Partai Golkar harus dibubarkan. Namun, karena Gusdur berada di poros tengah dengan Amien Rais sebagai tokoh pendorongnya, Gusdur memilih untuk mengambil jalan tengah pula: dengan tetap menggaet pejabat era Orba (termasuk sebagian ABRI) untuk duduk di kabinet zamannya dan membiarkan Golkar melenggang sebagai partai.

Pada bulan-bulan awal memang begitu, lalu pada bulan-bulan berikutnya, Gusdur mulai mepreteli pejabat eks-Orba melalui reshuffle kabinet. DPR pun mencium niat Gusdur. Dengan alasan skandal Bulogate dan Bruneigate (skandal yang sudah dibuktikan bahwa Gusdur tidak terlibat), DPR pun memakzulkan Gusdur.

Gusdur gagal menyempurnakan reformasi.

Sejak 10 tahun terakhir, hal ini semakin parah, demokrasi Indonesia semakin terkikis. Reformasi saja belum tuntas, eh ... malah sudah dihilangkan dengan munculnya UU TNI. Dwifungsi TNI dapat dipastikan kembali lagi.

Untuk memprotes pembahasan dan pengesahan RUU yang sangat cacat, munculah unjuk rasa dari beragam daerah. Hampir tidak ada pulau besar di Indonesia yang tidak mengadakan unjuk rasa penolakan UU TNI.

Bagi yang bisa turun ke jalan, turunlah. Dengan tetap hati-hati. Jangan lengah. Jangan terpisah dari rombongan.

Bagi yang tidak bisa turun ke jalan, dukunglah lewat media sosial. Bersuaralah. Melawanlah.

Bagi yang memiliki rezeki berlebih tetapi tidak dapat turun ke jalan, berdonasilah. Banyak komunitas yang menggalang donasi untuk kebutuhan logistik.

Semoga gusti Allah bersama kita semua, rakyat yang melawan!

Aamiin.