Rekap Bacaan 2024

Satu aktivitas yang saya niatkan akan terus saya lakukan sampai tua nanti adalah membaca buku ... dan, ooh dua berarti, menulis. Sebuah kenikmatan hakiki untuk melakukannya, meskipun kegiatan kedua justru dapat meningkatkan stres.

Dari aktivitas membaca yang selama ini dilakukan, hal yang saya sesali adalah tidak merekam kegiatan sejak mula. Saya baru mulai merekamnya pada tahun 2021 akhir. Ia terus berlanjut hingga sekarang. Bukan dengan aplikasi pelacak atau aplikasi penilai bacaan, melainkan secara manual, dengan buku nota spiral.

kumpulan buku yang saya baca pada tahun 2025

Jadi, inilah buku-buku yang saya baca tahun 2024 lalu:

  1. The Mindful Hustle oleh Elisabet Guwanto.
    Ini adalah satu dari sedikit genre buku yang saya baca selama ini. Genre pengembangan diri. Karya Elisabet Guwanto. Dan juga satu-satunya buku dengan topik dan bahasa yang begitu gen-z. Tapi, apakah targetnya gen-z? Iya, tapi tidak terbatas itu, target buku ini untuk orang-orang yang begitu aktif bekerja dan berorganisasi, agar lebih sadar terhadap prioritas tubuh dan pikiran saat beraktivitas.

  2. Orang-Orang Oetimu oleh Felix K. Nesi.
    Buku ini masuk daftar keinginan saya sejak lama dan beruntung akhirnya kesampaian untuk dibaca. Novel yang saya bayangkan membawa cerita menarik berdasarkan situasi daerah timur pada zamannya. Yang ternyata benar, ia memang menarik. Sudut pandang novel yang tidak hanya pada satu orang tapi berubah sesuai kepentingan cerita. Mirip Vintage Point lah. Yang bikin kaget adalah saru-nya bukan main. Haha.

  3. Namaku Alam oleh Leila S. Chudori.
    Setelah membaca Laut Bercerita pada tahun 2023, saya meniatkan diri untuk membaca lebih banyak buku Leila S. Chudori lainnya. Jatuhlah bacaan ketiga (setelah Pulang) pada novel Namaku Alam. Ia merupakan spin off dari Pulang.

  4. Atomic Habits oleh James Clear.
    Salah satu buku cakep. Saya tertarik membacanya bukan karena rekomendasi akun-akun booktwt, bookstagram, atau akun serupa lain, tapi justru dari seorang blogger, Ryan Robinson, yang menjadikannya sebagai rujukan untuk menulis blog secara rutin. Atomic Habits cukup praktis.

  5. Funiculi Funicula oleh Toshikazu Kawaguchi.
    Novel teenlit Jepang. Bacaan ringan yang cocok dinikmati di sela-sela waktu menunggu antrean atau kerjaan.
    Unik sebetulnya. Cerita tentang sebuah kafe yang memiliki fasilitas untuk mengembalikan pengunjungnya ke masa lalu. Buku ini memiliki dua sekuel, Funiculi Funicula 2 dan Dona Dona, yang entah bakal saya baca di kemudian hari atau tidak.

  6. Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat oleh Mark Manson.
    Buku best seller. Kumpulan esai Mark Manson yang dibukukan. Oke, mungkin itu best seller, tapi bukan termasuk buku favorit saya.

  7. Jogja Bab Getih dan Klitih oleh Gusti Aditya.
    Inilah buku nonfiksi terfavorit yang saya baca tahun 2024. Sebagai orang Jogja asli, topik yang disampaikan penulis memberi informasi yang baru saya tahu. Tentang sejarah kekerasan di Jogja dan penanganannya. Awal mula lahirnya geng dan matinya, atau tidak mati tapi bermetamorfosis sebagai "geng" baru. Wow, berlian sekali buku ini!

  8. Segala-galanya Ambyar oleh Mark Manson.
    Ini merupakan lanjutan dari Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Penuh esai menarik, tapi, sekali lagi, bukan buku favorit saya.

  9. Hai Nak! oleh Reda Gaudiamo.
    Salah satu genre buku yang tidak begitu menarik hati saya adalah buku kumpulan puisi. Dan Hai Nak! merupakan buku puisi pertama yang saya miliki setelah mengikuti acara Jalan-Jalan Jajan edisi main ke Solusi Buku dan Shira Media (untuk intimate concert bersama ibu Reda).
    Hai Nak! memberi kesan pertama saya terhadap buku puisi menjadi lebih baik. Terima kasih, Bu Reda!

  10. Kelab dalam Swalayan oleh Abi Ardianda.
    Novel Indonesia yang sangat saya rekomendasikan untuk kamu baca! Cakep banget. Genrenya misteri, thriller. Saking bagusnya, kalau novel ini berisi 400 lebih halaman pun saya bakal entaskan.

  11. Akhir Penjantanan Dunia oleh Ester Lianawati.
    Ini merupakan buku lanjutan dari Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan. Sangat cocok untuk kamu yang ingin mempelajari psikologi feminis. Buat saya, ia menjadi buku nonfiksi yang nyaman dan enak dibaca. Penulisnya jago banget membahas topik yang cukup berat, dengan tetap mengalir dan mudah dipahami.

  12. Perempuan di Titik Nol oleh Nawal el-Saadawi.
    Novel berukuran kecil yang menguras tenaga dan pikiran. Ini merupakan bacaan yang secara langsung tidak langsung berhubungan dengan buku yang saya baca sebelumnya (Akhir Penjantanan Dunia). Page turner!

  13. Tempat Terbaik di Dunia oleh Roanne Van Voorst.
    Buku nonfiksi terbaik yang saya baca tahun 2024. Tentang seorang peneliti, antropolog, asal Belanda yang meliput kehidupan masyarakat bantaran kali dengan cara hidup langsung di sana. Tidur di sana. Makan di sana. Dan berbaur dengan segala kegiatan warga sebelum akhirnya tempat itu digusur pemerintah daerah, ketika Roanne sudah pulang ke negaranya. Sedih, bor!

  14. The Poppy War oleh R.F. Kuang. Saya memutuskan untuk mulai mengikuti karya R.F. Kuang. The Poppy War adalah buku pertamanya. Ceritanya sangat seru, meskipun bikin perasaan saya acakadut, dia memiliki lakon yang buat saya tidak cocok diidolakan. Kisahnya brutal, penuh nirempati. Tapi, sekali lagi, memang seru!

  15. Negeri Para Jenderal oleh Petrik Matanasi.
    Buku ini menjadi buku sejarah kesekian yang saya baca. Cukup menarik. Ia menjadi buku yang bisa menjadi pembuka bahasan mengenai kiprah para jenderal sejak zaman prakemerdekaan hingga reformasi. Penuh kisah konflik pribadi hingga konflik seputar pekerjaan.

Ada lima belas buku yang saya baca selama tahun 2024. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, bacaan tahun kemarin lebih banyak, karena memang tahun ini berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya saat saya lebih banyak menulis reviu buku. Ya, salah satu konsekuensi ketika saya menulis reviu buku adalah saya tidak dapat membaca buku baru.

Mari kita simak esok apa saja yang saya baca setahun ke depan!